Permasalahan terjadinya Resistensi Antibiotik
“Antibiotik ini harus
diminum sampai habis ya, bu/pak” Pernahkah teman-teman mendengar kalimat seperti itu saat menerima obat
dari apoteker? Mendengar kata antibiotik sepertinya sudah tidak asing lagi bagi kita semua ya.
Namun, apa sih antibiotik itu? Antibiotik yang sering kita dengar adalah obat yang dipakai dan
digunakan untuk mencegah, mengatasi dan mengobati suatu penyakit karena infeksi bakteri. Antibiotik ini harus diminum
sampai habis sesuai dosis yang diresepkan
oleh dokter. Hal tersebut dikarenakan jika antibiotik tidak dikonsumsi sesuai
arahan, dapat menimbulkan resistensi antibiotik. Selain itu, resistensi antibiotik ini juga dapat disebabkan karena penggunaan antibiotik
yang berlebihan. Oleh karena itu, yuk simak artikel PPDC kali ini untuk cari tahu lebih dalam apa itu resistensi
antibiotik dan dampak yang dapat ditimbulkannya!
Resistensi antibiotik adalah kondisi dimana bakteri mengalami
perubahan respon atau tanggapan
terhadap penggunaan obat antibiotik. Bakteri yang sudah mengalami resistensi
akan menyebabkan proses pengobatan
atau penyembuhan semakin sulit dibandingkan bakteri yang tidak resisten. Dengan semakin sulitnya proses pengobatan
tersebut, maka dapat mendatangkan kerugian
seperti meningkatnya biaya medis, memperpanjang masa rawat inap di rumah sakit
dan bahkan meningkatnya kasus kematian.
Beberapa usaha yang perlu dilakukan
untuk menanggulangi terjadinya
resistensi antibiotik ini diantaranya yaitu perubahan
tindakan dan perilaku seperti
pencegahan penyebaran infeksi dengan vaksinasi, menjaga kebersihan tangan, serta menjaga kebersihan makanan.
Pengembangan obat terbaru juga dilakukan untuk mengatasi bakteri yang sudah resisten terhadap beberapa antibiotik. (World Health Organization. 2020. “Antibiotic
Resistance”. WHO, 31 Juli 2020.)
Menurut informasi dari World
Health Organization, telah diadakan pertemuan organisasi- organisasi internasional mencakup Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), badan-badan internasional dan para ahli. Pertemuan
tersebut menghasilkan terbitan
laporan yang mengharuskan tindakan secepatnya untuk
mencegah atau mengurangi krisis resistensi terhadap obat yang dapat menimbulkan potensi
bencana. Dari laporan
tersebut, World Health Organization, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), badan-badan internasional dan para ahli mempredikisi
bahwa pada tahun 2050 akan terdapat 10 juta kasus kematian akibat resistensi antibiotik. Pada tahun 2030, 24 juta orang
akan mengalami krisis ekonomi karena resistensi antibiotik. Saat ini terdapat sekitar
700.000 orang mengalami
kematian setiap tahunnya
yang disebabkan
karena penyakit resistensi obat. Adapun hal-hal yang harus dilakukan oleh
setiap negara yaitu:
- Mengutamakan
rencana aksi atau tindakan nasional untuk meningkatkan biaya dan upaya pengembangan
- Melaksanakan
aturan dan mendukung program
dalam penggunaan antibiotik yang lebih bertanggung jawab oleh para ahli atau tenaga kesehatan
- Investasi terhadap penelitian dan
pengembangan teknologi baru untuk mengurangi resistensi antibiotik. (World Health Organization. 2019. “New Report Calls For Urgent Action To Avert Antimicrobial Resistance
Crisis”. WHO, 29 April 2019.)
Dapat disimpulkan dari pembahasan sebelumnya bahwa
resistensi ini dapat meningkatkan kesulitan
dalam pengobatan. Selain itu, resistensi ini juga dapat meningkatkan efek
samping dari penggunaan beberapa
obat. Banyak hal yang mendukung terjadinya resistensi. Pada akhirnya masalah
ini akan merugikan baik dari segi kesehatan, ekonomi dan sosial. Terapi rasional, regulasi
pemerintah, juga edukasi masyarakat menjadi beberapa poin penting dalam
strategi penanganan masalah
resistensi ini. (Government of Canada.
2014. “Antibiotic resistance and risks to human health”.)
Melalui penjelasan diatas,
dapat membuat kita sadar bahwa resistensi antibiotik ini merupakan hal yang
cukup serius. Untuk itu, kita sebagai masyarakat juga perlu turut andil dalam
usaha pencegahan dan pengendalian resistensi antibiotik ini. Hal-hal yang
dapat kita lakukan diantaranya adalah:
- Sebagai individu,
gunakanlah antibiotik hanya jika diresepkan oleh tenaga kesehatan
bersertifikat dan mematuhi nasihat atau aturan dari tenaga kesehatan
tersebut. Selain itu, kita dapat membiasakan untuk mencuci tangan dengan baik, menjaga kebersihan makanan, menghindari kontak
langsung dengan orang sakit dan melakukan vaksinasi.
- Sebagai tenaga kesehatan, langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk pencegahan dan pengendalian resistensi antibiotik yaitu mencegah timbulnya
infeksi dengan menjaga
kebersihan tangan dan lingkungan, memberikan antibiotik hanya saat dibutuhkan saja, memberikan informasi
terkait pemakaian antibiotik yang benar kepada pasien disertai
informasi mengenai resistensi dan bahaya penyalahgunaannya.
- Dalam
industri perawatan kesehatan, upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
investasi terhadap penelitian dan
pengembangan antibiotik baru, vaksin, diagnostik dan alat lainnya. (World
Health Organization. 2020. “Antibiotic Resistance”. WHO, 31
Juli 2020.)
Ayo teman-teman kita ikut berpartisipasi dalam pencegahan resistensi antibiotik ini. Sesungguhnya masalah ini bukan hanya
sebagai tanggung jawab organisasi-organisasi dunia atau tenaga kesehatan saja, melainkan
sebagai tanggung jawab kita
semua.
Stay safe
dan Salam
PPDC!