[ARTIKEL KABAR 1"INFEKSI VIRUS CACAR MONYET pada MANUSIA: APAKAH SUDAH ADA PENGOBATANNYA?"]

 “Infeksi Virus Cacar Monyet pada Manusia: Apakah Sudah Ada Pengobatannya?”

      Bukan sebuah virus fiktif atau wabah tipuan, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus (2022) menyatakan cacar monyet sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional dan merekomendasikan pemerintah mengambil langkah-langkah tertentu untuk memperkuat dan mengoordinasikan respons global terhadap wabah tersebut. Berdasarkan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2022), Indonesia mengumumkan temuan kasus cacar monyet pertama yang dialami pasien berusia 27 tahun asal Jakarta yang memiliki riwayat perjalanan dari luar negeri sebelumnya. Oleh karena itu, yuk simak artikel PPDC kali ini untuk cari tahu lebih mengenai pengobatan untuk cacar monyet!

      Cacar monyet atau monkeypox pertama kali ditemukan pada tahun 1958. Pada saat itu, terjadi wabah penyakit mirip cacar yang menyerang koloni monyet dalam suatu penelitian. Monkeypox adalah nama virus yang menyebabkan gangguan pada kulit berupa kemerahan yang berubah menjadi vesikel (melenting) dan akhirnya menjadi krusta (mengelupas). Di Indonesia virus ini dikenal dengan nama virus cacar monyet. Ini merupakan penyakit zoonosis yang berarti ditularkan dari hewan ke manusia. Penyakit ini juga dapat menyebar dari manusia ke manusia (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).

       Penyebaran monkeypox dapat melalui kontak dekat dengan seseorang yang memiliki ruam cacar monyet, termasuk melalui kontak tatap muka, kulit ke kulit, mulut ke mulut atau mulut ke kulit, termasuk kontak seksual. Virus ini juga dapat menyebar dari ibu hamil ke janin, kemudian adanya kontak fisik dari orang tua dengan cacar monyet ke bayi atau anak selama kontak dekat. Monkeypox dapat menyebar ke orang-orang ketika mereka melakukan kontak fisik dengan hewan yang terinfeksi. Biasanya hewan inang yang termasuk berbagai hewan pengerat dan primata. Risiko tertular cacar monyet dari hewan dapat dikurangi dengan menghindari kontak tanpa pelindung dengan hewan liar, terutama yang sakit atau mati (termasuk daging dan darahnya) (World Health Organization, 2022).

Gejala Cacar Monyet terbagi menjadi dua, yakni:

  1. Periode masa invasi (selama 0-5 hari) gejala yang muncul adalah demam, sakit kepala, nyeri otot,   kelenjar getah bening bengkak dan kelelahan
  2. Periode masa erupsi (1-3 hari) munculnya ruam-ruam pada kulit, terutama di area wajah, kaki, telapak tangan, alat kelamin serta selaput lender mata. Awalnya ruam tersebut berupa lesi, bercak atau bintik kemerahan yang muncul selama 24 jam namun setelah 4 hari, ruam tersebut akan berkembang menjadi bintik-bintik berisi cairan dan nanah, sekitar pada hari ke-9, ruam akan mengering dan keropeng.

       Orang dengan monkeypox harus menghindari menggaruk kulit mereka dan merawat ruam mereka dengan membersihkan tangan mereka sebelum dan sesudah menyentuh lesi dan menjaga kulit tetap kering dan terbuka (kecuali jika berada di satu ruangan dengan orang lain, wajib menutupinya dengan pakaian atau perban sampai mereka dapat mengisolasi diri kembali). Ruam dapat dijaga kebersihannya dengan air steril atau antiseptik (World Health Organization, 2022).

     Dikutip dari National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID), saat ini tidak ada pengobatan khusus yang disetujui untuk infeksi virus monkeypox. Namun, ada beberapa obat antivirus yang digunakan untuk mengobati cacar dan kondisi lain yang dapat membantu pasien dengan infeksi cacar monyet. Antivirus ini meliputi: tecovirimat atau ST-246 (TPOXX), brincidofovir (Tembexa) dan cidofovir (Vistide), antivirus yang diberikan secara intravena yang digunakan untuk mengobati retinitis sitomegalovirus pada pasien dengan AIDS. Selain itu, Intravena Vaccinia Immune Globulin (VIGIV) yang dilisensikan untuk pengobatan komplikasi dari vaksinasi cacar (vaccinia) diizinkan untuk digunakan demi mengobati cacar monyet dan virus cacar lainnya selama wabah. NIAID bekerja dalam pengembangan tecovirimat dan brincidofovir (National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID), 2022).

       Sejauh ini, belum ada pengobatan khusus untuk infeksi virus monkeypox. Penelitian bertahun-tahun tentang terapi untuk cacar telah mengarah pada pengembangan produk yang mungkin juga berguna untuk mengobati cacar monyet. Antivirus yang dikembangkan untuk mengobati cacar (tecovirimat) telah disetujui pada Januari 2022 oleh European Medicines Agency untuk pengobatan monkeypox (World Health Organization, 2022).

       Dapat disimpulkan bahwa risiko penularan bisa terjadi dimanapun, menghindari bersentuhan di area penyebaran virus, selalu menjaga kebersihan dengan mencuci tangan dan membersihkan diri setelah bersentuhan dengan manusia atau hewan yang terinfeksi. Marilah kita memperkecil risiko penularan virus cacar monyet atau monkeypox dengan tetap waspada dan menjaga diri kita masing-masing. Siapa pun yang memiliki gejala monkeypox atau yang telah melakukan kontak dengan seseorang yang terinfeksi monkeypox segera menghubungi atau mengunjungi fasilitas layanan kesehatan dan meminta saran tenaga kesehatan. Ayo teman- teman sangat penting kerja sama seluruh pihak untuk menghentikan penyebaran!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

[HUT BESI 2023]

HUT BESI ke-24 diselenggarakan pada tanggal 27 Januari 2024 di Aula Fakultas Farmasi Universitas Pancasila dengan tema "Maritim". ...